Langkah-langkah mempersiapkan khotbah atau homili
Dalam mempersiapkan khotbah ataupun homili, kita perlu untuk mempelajari teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Namun, doa merupakan sesuatu yang sangat esensial. Persiapan khotbah atau renungan harus disampaikan dalam suasana doa. Khotbah atau homili juga harus disusun dalam situasi doa.
Khotbah atau homili dalam Liturgi Sabda memiliki kemiripan dengan pembagian komuni kepada umat dalam Liturgi Ekaristi. Dalam homili, sabda Tuhan dibagikan kepada umat beriman sebagai makanan rohani.
Berikut ini adalah langkah-langkah mempersiapkan khotbah atau homili menurut “Direktorium Homiletika” dikeluarkan oleh Kongregasi Ibadat dan Tertib Sakramen pada tahun 2015. Persiapan khotbah di sini ditempatkan dalam rangka lectio divina (bacaan rohani)
Lectio (membaca teks)
Langkah pertama adalah lectio. Kita mencari tahu apa yang teks mau katakan pada dirinya sendiri. Langkah ini mengandaikan sebuah studi teliti dan tepat tentang maksud dari kata-kata yang tertera dalam teks Kitab Suci yang hendak kita renungkan. Kita bisa berkonsultasi dengan literatur-literatur Kitab Suci (Kamus Kitab Suci atau Komentar Kitab Suci) yang dapat membantu kita untuk menemukan pesan utama dari kata-kata Kitab Suci. Karena tujuan dari lectio adalah untuk berkhotbah, maka kita harus berupaya agar hasil dari studi pribadi kita tentang teks Kitab Suci harus diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pendengar.
Meditatio (merenungkan teks)
Langkah kedua adalah meditatio. Dalam langkah ini, kita mencari tahu apa yang teks Kitab Suci hendak sampaikan kepada kita. Kita bertanya kepada Tuhan: Tuhan, teks ini mau mengatakan apa kepada saya? Apa yang mau Kau ubah dalam hidupku melalui teks ini? Apa yang mengganggu saya dari teks ini? Mengapa saya tidak tertarik dengan teks itu? Apa yang menarik saya dalam teks itu? Namun untuk menentukan “apa yang teks itu mau katakan untuk kita”, kita dibimbing oleh tata iman Gereja atau ajaran Gereja. Ajaran Gereja menyediakan prinsip esensial bagi kita untuk menafsirkan Kitab Suci (canonical approach). Di sini kita merenungkan sabda Tuhan dalam terang misteri paskah (sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus). Selain merenungkan sabda Tuhan itu dalam terang ajaran Gereja, kita harus juga menempatkan sabda Tuhan dalam konteks umat yang berkumpul untuk mendengarkan sabda-Nya.
Oratio (berdoa)
Langkah ketiga adalah oratio. Setelah merenungkan teks Kitab Suci, jangan lupa berdoa. Doa adalah tanggapan kita atas sabda Tuhan.
Contemplatio (kontemplasi)
Langkah terakhir adalah contemplatio. Dalam kontemplasi kita bertanya pada diri kita sendiri: Pertobatan budi, hati dan hidup apa yang Tuhan minta dari saya? Kontemplasi adalah sebuah perjumpaan pribadi dengan Tuhan. Di dalam kontemplasi kita sampai pada sebuah kesadaran bahwa kesatuan dengan Tuhan adalah sesuatu yang lebih besar dari pada segala usaha yang bisa kita capai.
Siapa pun yang berkhotbah hendaklah pertama-tama membiarkan sabda Allah menggerakkannya secara mendalam dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari. Berkhotbah berarti menyampaikan kepada orang lain apa yang telah kita renungkan dan amalkan.
Sumber: Congregation of the Divine Worship and the Discipline of the Sacraments, Homiletic Directory. Libreria Editrice Vaticana, 2015.
Tag:stenly