Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil
“…mazmur tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda” (Pedoman Umum Buku Misa)
Mazmur tanggapan bukan asesoris
Mazmur tanggapan bukanlah asesoris dari suatu perayaan ekaristi. Tak sedikit yang “salah paham” dengan mengira mazmur tanggapan adalah jeda dari bacaan-bacaan. Akibatnya, mazmur tanggapan sering diganti dengan lagu antar bacaan atau lagu rohani yang dirasa lebih cocok. Kekacauan ini, dari pengamatan saya, paling sering dilihat saat upacara penerimaan sakramen pernikahan dalam perayaan ekaristi dan misa-misa yang berkaitan dengan duka (tirakatan, penguburan, peringatan arwah).
Mazmur tanggapan adalah bagian yang tak terlepas dari bacaan-bacaan. Bahkan dianjurkan agar ada katekese singkat tentang pemilihan mazmur dalam kaitannya dengan bacaan-bacaan liturgi hari yang bersangkutan dalam homili (Tata Bacaan Misa 19). Oleh sebab itu, mazmur tanggapan tidak boleh seenaknya diganti atau bahkan dengan keinginan subjektif belaka menggesernya dengan nyanyian rohani.
Mungkin ada yang bertanya, “apakah boleh mengganti mazmur dengan nyanyian rohani?” Atau “ Bolehkah mengganti mazmur dengan nyanyian rohani yang bersumber dari mazmur atau teks Kitab Suci?” Mazmur, sebagaimana bacaan-bacaan misa, tidak boleh dihilangkan, begitu juga dengan nyanyian mazmur (Tata Bacaan Misa No. 12). Bacaan-bacaan dalam perayaan ekaristi sudah dipilih oleh para ahli liturgi agar bacaan dan mazmurnya adalah satu kesatuan yang tepat (bdk. Pedoman mazmur Tanggapan No. 2, 4). Oleh karenanya tidak diperkenankan mengganti mazmur dengan nyanyian rohani, sekalipun yang diinspirasi oleh teks Kitab Suci.
Tujuan bermazmur
Mazmur tanggapan dimaksudkan untuk menanggapi sabda Tuhan bukan dengan sembarang kata melainkan dengan kata-kata Kitab Suci sendiri (Pedoman Umum Mazmur Tanggapan dan Alleluya No. 4). Sesuai dengan jenisnya, mazmur-mazmur membantu kita menanggapi sabda Tuhan dengan: meresepkan sabda-Nya (mazmur renungan), dengan doa (mazmur doa), memuji Allah atas kebaikannya (mazmur pujian), serta bergembira atas karunia Allah (mazmur sukacita).
Cara bermazmur
Bermazmur sudah mendarah-daging dalam tradisi liturgi kristiani yang berakar dari tradisi yahudi. Di Roma, dan menjadi kebiasaan di banyak tempat, solis mendekati mimbar dan mengangkat nyanyian. Ayat-ayat mazmur dinyanyikan olehnya sedangkan umat menyahut dengan ulangan pendek dari mazmur yang sama (Pedoman Umum Mazmur Tanggapan dan Alleluya, No. 6). Ada masanya mazmur dibawakan hanya berbalas-balasan antara solis dan koor. Pada abad ke-20 gereja terbiasa lagi dengan cara berbalas-balasan antara solis dengan umat (responsorial), seperti lazimnya kita pada masa kini. Jangan heran bila melihat saudara-saudari kita di komunitas gerejawi Protestan (di beberapa sinode, salah satunya Sinode GKI- Gereja Kristen Indonesia) juga menanggapi sabda Tuhan melalui bermazmur seperti lazimnya dalam Gereja Katolik. Beberapa sinode protestan juga memulai cara tradisional ini dalam tata ibadah mereka.
Adapun cara melagukan mazmur tanggapan yakni cara responsorial, artinya dengan ayat ulangan, dan tanpa ayat ulangan. Pedoman umum menegaskan: cara responsoriallah yang diutamakan, yakni solis membawakan ayat-ayat mazmur, dan umat berperan dalam bagian ayat ulangan/refren (Pedoman Umum Mazmur Tanggapan dan Alleluya, No. 7-9). Jika mazmur tanggapan tidak dinyanyikan maka pedoman menyarankan agar “dibawakan dengan cara paling cocok…” itu artinya dibacakan, bukan digantikan dengan nyanyian lain (Pedoman Umum Buku Misa, No. 39; Pedoman Umum Mazmur Tanggapan No. 13). Pun jika akhirnya seluruh ayat dibacakan, sekurang-kurangnya bagian ulangan (refren umat) dinyanyikan (PUMR No. 61)
Siapa yang bermazmur
Pemazmur bertugas membawakan mazmur dan bait pengantar injil. Oleh sebab itu, pemazmur harus menyiapkan diri dengan baik, terutama soal teknis nyanyian. PUMR menganjurkan agar pemazmur menguasai lagu mazmurnya, dibawakan dengan lantang dan dengan suara yang jelas (PUMR No. 102). Jika pemazmur tidak ada, maka imam atau diakon membawakan mazmur dan bait pengantar injil (PUMR No. 135).
Bait Pengantar Injil
Bait pengantar injil dengan atau tanpa “Alleluia” (contohnya pada masa prapaskah, “Terpujilah Kristus Tuhan…”) adalah upacara yang “berdiri sendiri” (Pedoman Umum Mazmur Tanggapan dan Alleluya No. 11). Tujuannya adalah menyongsong dan menyalami Tuhan yang bersabda kepada mereka dan mengungkapkan imannya dalam suatu lagu. Oleh sebab itu, bait pengantar injil harus dinyanyikan, jika tidak dinyanyikan maka ditiadakan ( Pedoman Umum Buku Misa, No. 39; Pedoman Umum Mazmur Tanggapan No. 13).
Bagi para misdinar pemegang kandelar (lilin), inilah saatnya mereka, bersama pemegang turibulum, mengawal perarakan evangeliarium dari depan sedilia (tempat duduk imam atau diakon) menuju mimbar (bdk. Pedoman Umum Misale Romawi No. 133, 175). Jika pembaca injil, membaca dari lektionarium (buku bacaan), maka mereka (pembawa kandelar dan turibulum) bersama-sama pembaca injil, entah imam, entah diakon, menuju mimbar. Kekeliruan yang paling sering terjadi ialah pembawa lilin sudah mulai berdiri di sekitar mimbar sejak bacaan pertama.
Catatan lain: Satu bacaan, sekuensia dan memilih mazmur
Jika dalam satu perayaan ekaristi hanya ada satu bacaan sebelum Injil (seperti pada umumnya misa harian) maka (bdk. PUMR No. 63):
- Diluar masa prapaskah dilagukan/didaraskan mazmur tanggapan disusul bait pengantar injil
- Dalam masa prapaskah, dilagukan/didaraskan mazmur tanggapan tanpa bait pengantar injil. Dengan kata lain, hanya mazmur tanggapan saja.
Sekuensia. Ini adalah seruan pujian kepada Allah yang hadir dalam pewartaan Injil yang akan segera diwartakan. Sekuensia ini letaknya sebeum bait pengantar injil. Ada banyak sekuensia, tetapi wajib dinyanyikan saat Hari Minggu Paskah dan Hari Minggu Pentakosta. Hari Minggu Paskah yang dinyanyikan adalah “Victimae Paschalis Laudes” (PS No. 518) sedagkan Hari Minggu Pentakosta adalah “Veni Sancte Spiritus” (PS No. 569).
Jika dalam satu perayaan tertentu, dan akan mengaburkan kemeriahan bila mazmur hanya dibacakan, maka lihatlah mazmur hari yang bersangkutan dan cari petunjuk melodinya di indeks mazmur. Contohnya, hari perayaan itu tepat pada hari kamis pekan biasa ke 20, tahun A/II mazmurnya diambil dari Mazmur 51:12-19. Jika kita lihat indeks mazmur (di Buku Mazmur edisi revisi Thn 2020 ada pada hlm. 520) maka melodi mazmur itu dapat diambil dari hlm. 69 buku mazmur tersebut (mazmur tanggapan setelah bacaan ke tujuh, Vigili Paskah). Tapi ingat, biasanya pada perayaan-perayaan tertentu (pentahbisan imam, konsekrasi gereja, HUT pernikahan dan lain-lain) sudah ada liturginya, termasuk pilihan mazmur yang sesuai dengan tema perayaan.

Buku Mazmur Tanggapan da Alleluia terbaru
Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya edisi baru tahun 2020, memberikan kita fakta perkembangan nyanyian mazmur. Hal ini menimbulkan sukacita dikalangan pemazmur sebab ada tantangan baru yang menanti mereka. Memang di edisi baru ini, tidak semua melodinya baru. Tetapi tetap akan mengagetkan umat beriman karena sudah puluhan tahun dengan nyanyian refren dan ayat mazmur tertentu yang akrab di hati, telinga dan bibir umat beriman. Walau demikian kita optimis bahwa nyanyian-nyanyian yang baru akan semakin membantu umat beriman bermenung akan Sabda Allah yang diwartakan dalam bacaan-bacaan. Oleh sebab itu, bagi umat beriman, khususnya para pemazmur, seksi liturgi, imam di stasi dan paroki, sebaiknya segerak memiliki dan mengadakan buku ini.
(Ardi Watuseke MSC)
Tag:Ardi_watuseke